Thursday, March 31, 2011

Petinju REBC Kembali Membuktikan Ketangguhannya di STE

Kejuaraan Sarung Tinju Emas (STE) yang digelar di Rantau Prapat, Sumut, 22-26 Maret lalu, kembali menjadi ajang pembuktian ketangguhan para petinju Richard Engkeng Boxing Camp (REBC). Tidak tanggung-tanggung, dari sembilan petinju yang dikirim, tujuh di antaranya menjadi juara dan meraih medali emas, satu medali perak, dan hanya satu petinju yang tidak merebut medali.


Pada pertandingan final yang digelar Sabtu malam lalu, hanya Adrianus Salamisi yang gagal meraih kemenangan. Sedangkan tujuh petinju lainnya berhasil mengalahkan lawan-lawannya dan menjadi juara, yaitu Jein Maleong, Apriliani Tombeg, Beatrix Sugoro, Irene Sasihiang, Toar Sompotan, Veronika Nicolaas dan Christiano.

Keberhasilan di STE ini melanjutkan prestasi yang diraih para petinju REBC pada ajang North Sulawesi Boxing Championship (NSBC) yang digelar awal Maret lalu di Manado. Saat itu, sembilan medali emas berhasil direbut para petinju REBC. Pada STE kali ini, dua petinju REBC tidak bertanding, yaitu Vinky Montolalu dan Rafli Langi. Keduanya memang tidak dijadwalkan untuk mengikuti ajang tinju paling bergengsi ini karena dipersiapkan mengikuti kejuaraan di Albania.

Walaupun nantinya hanya Vinky yang akan berangkat karena Rafli terkendala belum memiliki paspor. Jika keduanya tampil di STE, bukan tidak mungkin mereka juga mampu merebut medali emas.

Pemilik REBC, Richard Engkeng menyambut gembira hasil yang diraih para petinjunya. “Saya tentu bersyukur karena ada tujuh petinju kita yang menjadi juara di STE,” katanya.

Hasil ini memang patut disyukuri karena STE ini hanya diikuti oleh seluruh petinju terbaik di Indonesia. Hanya mereka yang pernah menjadi juara yang mendapat undangan untuk mengikuti ajang ini.

Monday, March 28, 2011

Talaud Diguncang Gempa


Menurut informasi yang dirilis oleh BMKG, telah telah terjadi gempa di Kabupaten Kepulauan Talaud. Gempa berkekuatan 5,5 SR terjadi pada pukul 09.03 WITA. Pusat gempa berada pada 72 km tenggara Meloguane dengan kedalaman 31 Km. Menurut BMKG, gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Saturday, March 12, 2011

Tsunami Tak Datang, Daerah Reklamasi Jadi Tempat Mesum

Ratusan kios yang berada di kawasan reklamasi tepatnya di bibir pantai di Kota Manado sudah tutup sejak jam 5 sore kemarin atau 1 jam sebelum prediksi waktu tsunami akan menghantam Manado.

Beruntung, tsunami tak datang. Namun, sejumlah kios tanpa pintu itu justru dijadikan sebagai lokasi esek-esek oleh sejumlah pasangan.

Pasca kehebohan yang terjadi akibat pengumuman akan datang tsunami itu, seperti dilansir Tempo Sabtu (12/3) sekitar pukul 2 dini hari waktu setempat, di depan sejumlah kios tampak parkir kendaraan, baik sepeda motor maupun mobil. Anehnya, mobil dan motor yang terparkir hanya berada di depan kios yang sudah gelap gulita.

Suasana di sekitar lokasi sepi karena semua mengungsi dari kawasan pesisir. Namun, dari dalam kios terdengar sayup-sayup suara mendesah. Tak hanya di satu kios saja, suara-suara tersebut terdengar di sejumlah kio yang terdapat kendaraan parkir di depannya.

Kejadian itu luput dari pantauan petugas keamanan di kawasan reklamasi. Semua petugas juga enggan untuk berpatroli karena masih trauma dengan akan datangnya tsunami. “Ya saya disini hanya berdua sama teman. Yang lain sudah pada pulang karena mengungsikan keluarganya. Kalau mau patroli siapa yang jaga pos,” ujar seorang petugas keamanan yang ada di kawasan reklamasi Boulevard itu.

sumber: www.tempointeraktif.com

Peringatan Dini Tsunami Tidak Menghalangi Cinta Dipersatukan

www.kompas.com
Saat hampir semua orang berlari menyelamatkan diri karena peringatan tsunami di Manado, Sulawesi Utara, pasangan anak manusia ini tak beranjak sedikit pun dari tempat mereka berpijak. Mereka adalah Dekky Foke (25) dan Rini Langi (22), yang pada Jumat (11/3/2011) malam tadi melangsungkan resepsi pernikahan di Restoran Jumbo yang terletak dekat pesisir pantai Manado.

Bukan karena ketidaktahuan mereka akan peringatan tsunami, melainkan komitmen mereka untuk sehidup-semati yang membuat mereka tetap tegar untuk melangsungkan resepsi pernikahan yang sesuai waktu yang tertera pada undangan sama persis dengan waktu estimasi terjadinya tsunami di Manado dan sekitarnya.

"Jujur kita panik dan sangat panik waktu dengan info peringatan," ujar Dekky Foke seperti dilansir Tribun Manado seusai resepsi pernikahannya.

Pria yang sehari-hari berprofesi sebagai PNS Pemkot Manado ini mengaku makin panik saat melihat orang-orang berhamburan ke jalan untuk melarikan diri. "Tadi kita pikir ini latihan tsunami untuk persiapan ARF-DiREx, soalnya baru dari gereja sekitar jam setengah enam langsung menuju lokasi resepsi di Jumbo," kata Dekky.

Ia dan istrinya, Rini, akhirnya mendengarkan peringatan tsunami dari radio dan saat itu mereka sudah berada di Restoran Jumbo. "Terus terang kedua pihak keluarga kami sempat berembuk dan untunglah ada teman saya yang mengerti soal hitung-hitungan tsunami, dan teman saya ini memberikan keyakinan bahwa air yang membawa tsunami tidak akan mencapai lokasi pesta," ungkapnya.

Bermodalkan spekulasi, Dekky mengaku berserah pada rencana Tuhan. "Terus terang rencana pernikahan ini kita sudah doakan dan kita yakin Tuhan punya rencana apa pun yang terjadi saat proses pernikahan ini," tuturnya.

Secara manusia, kata Dekky, dia dan Rini rasanya ingin menangis sejadi-jadinya. Apalagi, saat melihat jumlah tamu yang sedikit, padahal sudah pukul 20.00.

Acara pun dimulai pada pukul 21.00 walaupun hampir semua kursi tamu kosong. Dari perkiraan 500 undangan, hanya sekitar 100 orang yang datang. Akhirnya makanan yang disiapkan pun melimpah ruah terhidangkan dan bahkan ada yang tak tersentuh sendok.

"Ini cobaan terberat dan puji Tuhan kita mampu lewati. Mungkin ini bukti kekuatan komitmen dan janji suci cinta kami yang sudah disampaikan di altar gereja tadi," kata jebolan FISIP Unsrat ini.

Rekan Dekky dan Rini, yaitu Altin Tumengkol, Winsi Kuhu, dan Patrice Posuman, mengatakan, momen ini adalah momen bersejarah bagi kedua rekannya ini. "Ini baru bilang pasangan sejati," kata mereka.

Menurut Altin, kehadirannya karena rasa persahabatan dan estimasinya soal tsunami. "Kalau sudah ajal, mau lari ke mana pun tetap tak bisa dihindari. Jadi melihat peluang kecil tsunami Jepang ke Sulut, maka saya putuskan tetap hadiri resepsi teman karena ini sekali seumur hidup," tutur mantan Ketua Senat FISIP Unsrat ini.

sumber: www.kompas.com