Thursday, November 17, 2011

Bunaken Makin Memprihatinkan

Bunaken telah menjadi ikon dan tagline Sulut. Turis lebih mengenal Bunaken ketimbang Manado atau North Sulawesi. Menyebut Bunaken, turis pasti teringat taman laut yang indah. Sayang, kondisinya perlahan rusak akibat sampah yang tak terkontrol.

Taman Nasional Laut Bunaken terletak di Teluk Manado. Secara keseluruhan Taman Laut Bunaken memiliki area seluas 75.265 hektare dengan lima pulau yang berada di dalamnya, yaitu Pulau Manado Tua, Pulau Bunaken, Pulau Siladen, Pulau Mantehage berikut beberapa anak pulaunya, dan Pulau Nain.

Secara geografis taman laut ini menjadi dua bagian, yaitu bagian utara dan bagian selatan. Bagian utara meliputi lima pulau, dan daerah pesisir antara Molas hingga Tiwoho yang disebut pesisir Molas-Wori.

Bagian selatan seluruhnya terdiri daerah pesisir antara Desa Poopoh dan Desa Popareng yang disebut pesisir Arakan-Wawontulap. Di wilayah ini, terdapat 22 desa (sebelum pemekaran-pemekaran desa)

Menyelam memang merupakan cara terbaik bila Anda ingin secara utuh dan jelas menikmati keindahan panorama bawah laut Bunaken. Ada 13 jenis terumbu karang di taman laut ini yang didominasi oleh bebatuan laut. Pemandangan yang paling menarik adalah terumbu karang terjal vertikal yang menjulang ke bawah sedalam 25-50 meter.

Tersedia 23 tempat snorkeling dan juga penyelaman. Di kawasan itu terdapat sekitar 91 jenis ikan. Di antaranya Ikan Badut (Clown Fish), ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda), oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Ephinephelus spilotoceps dan Pseudanthias hypselosoma), dan ila gasi (Scolopsis bilineatus). Penyelam juga bisa menemukan moluska seperti kima raksasa (Tridacna gigas), ikan kepala kambing (Cassis cornuta), nautilus (Nautilus pompillius), dan tunikates atau askidian, dan lain-lain.

Tapi menyelam memang bukan pilihan satu-satunya. Cara lainnya adalah menggunakan kapal semi selam atau katamaran yang disewakan di lepas pantai Pulau Bunaken. Kapal ini menyediakan dinding-dinding kaca untuk bisa menikmati keindahan dan eksotisme dasar laut Bunaken. Waktu terbaik berkunjung ke Taman Nasinal Laut Bunaken bulan Mei sampai Agustus.

Minat turis mancanegara ataupun nusantara ke tempat itu sangat besar. Yakni, tahun 2008 dikunjungi 32.760 wisatawan asing, sedangkan di tahun berikutnya meningkat menjadi 51 ribu wisatawan mancanegara.

Bahkan,  salah satu lokasi penyelamannya menjadi saksi pernikahan dalam laut di kedalaman 12 meter. Mereka adalah Arie Cornelis Spil dan Kim Maria van Kampen asal Belanda.

Mantan Dubes Amerika untuk Indonesia Cameron Hume pun kagum dengan keindahan terumbu karang Bunaken, “Keindahan Taman Laut Bunaken sangat luar biasa, warna-warni terumbu karang dan ikan yang ada begitu menakjubkan,” aku Hume.

Berbagai kemolekan taman laut Bunaken itu akhir-akhir ini menjadi ironi karena mulai pudar, bahkan terancam hilang. Rupa-rupa sampah hanyut dari lima sungai: Tondano, Sario, Bahu, Malalayang, dan Tumumpa.

Sungai-sungai itu sangat padat dengan pemukiman penduduk yang kegiatan membuang sampahnya dilakukan secara bebas. "Memang membutuhkan kesadaran tinggi masyarakat agar tidak sembarangan membuang sampah di beberapa sungai. Karena ujung-ujungnya harus ke Teluk Manado," kata Victor Mailangkay, legislator DPRD Sulut.

Sejumlah pecinta lingkungan mengatakan, Bunaken mulai mendapat opini kurang baik dari mancanegara. Menurut mereka, sangat ironis jika pengelola taman laut itu dan pemerintah daerah hanya memprioritaskan pendapatan, tanpa diimbangi dengan penanganan optimal.

Polda Sulut pun kini tergerak menyelamatkan aset terpotensial Sulut itu lewat gerakan Save Bunaken. Ironisnya, gerakan ini justru dari kalangan kepolisian, yang tak punya pos anggaran untuk itu. Instansi terkait di pemerintahan terkait: Pemprov Sulut, Pemkot Manado, Pemkab Minut, Pemkab Minsel, Pemkot Bitung, dan Pemkab Minahasa seperti tidak serius.

“Mestinya ada rasa malu dari instansi terkait karena misi penyelamatan Bunaken justru dipelopori kepolisian. Instansi terkait mestinya ada langkah konkrit dan benar-benar nyata, karena memang memiliki anggaran untuk agenda-agenda seperti ini,” tutur Rommy K, staf di salah satu Tour and Travel di Manado.
Kritikan pedas tak hanya datang dari lokal.

Sampah yang ke Bunaken bahkan sudah mendunia di situs majalah berita ternama dunia, TIME, awal September lalu. Artikel bertajuk Paradise Lost: Trash Threatens an Indonesian Treasure tersebut menuliskan, betapa perairan dengan keanekaragaman hayati menakjubkan itu, yang membuat ribuan wisatawan berkunjung ke sana, terancam rusak akibat sampah.

Artikel itu mengutip pernyataan seorang penyelam dari Paris, Roel Jong, yang menyatakan baru kali ini melihat laut sekotor (perairan Bunaken) itu. Banyaknya sampah itu akibat perilaku masyarakat Manado dan sekitarnya yang relatif belum terlalu sadar manfaat dan pentingnya kebersihan lingkungan. Kebanyakan masyarakat masih terbiasa membuang sampah ke sungai dan saluran air lainnya, yang ujungnya tiba di laut dan kemudian mengotori Bunaken.

“Terumbu karang adalah modal utama kita. Bila (keindahan) itu hilang, maka selesailah semua. Tak ada lagi alasan besar bagi wisatawan untuk datang ke sini," tutur Roel Jong seperti dilansir artikel TIME itu.

sumber: www.manadopost.co.id

No comments:

Post a Comment