Wednesday, November 30, 2011

Jembatan Soekarno Dibangun Lebih Kuat dari Jembatan Kukar

Ambruknya Jembatan Kartanegara di Kutai Kartanegara, Kaltim, yang dibangun PT Hutama Karya menimbulkan kekhawatiran bagi masyarakat Sulut. Pasalnya, di Sulut saat ini sedang dibangun jembatan yang menjadi ikon Nyiur Melambai, Jembatan Soekarno, yang juga dikerjakan PT Hutama Karya. “Jangan sampai nasib Jembatan Soekarno akan sama dengan Kartanegara karena kontraktornya sama,” ujar sejumlah warga.

Menurut warga, karena sudah ada pengalaman di Kartanegara, PT Hutama Karya harus memperhatikan kualitas pekerjaan jembatan yang dibangun sejak 2003 itu. “Apapun alasannya, kualitas yang diprioritaskan. Karena nantinya jembatan ini akan menjadi jalur utama lalu lintas di Manado,” ujar Andrew Masinambouw, warga Sario.

Sementara itu, Kepala Proyek Jembatan Soekarno PT Hutama Karya Michael Rumenser mengaku, kejadian di Kartanegara itu menjadi pelajaran berharga bagi mereka untuk menyelesaikan jembatan yang menelan anggaran Rp256 miliar itu.

Katanya, memang sejak awal mereka mendahulukan kualitas ketimbang mengejar waktu. “Memang ada desakan agar dipercepat. Kami berusaha untuk cepat, tapi tetap berjalan di koridor teknis yang disyaratkan dalam rancangan proyek itu,” ujar alumni Fatek Unsrat itu.

Rumenser menjelaskan, antara Jembatan Kartanegara dan Soekarno ada perbedaan model dan desain. Kartanegara, katanya, model suspention bridge sedangkan Soekarno cable stayed. Kartanegara menggunakan bentangan dua kabel untuk menggantung rangka besi jembatan. “Rangka besi itu ditahan dengan baut.

Jika ada yang longgar, karena saling berkaitan, mudah ambruk jika ada tekanan,” katanya memberi pandangan. “Kalau Soekarno rangkanya beton bertulang dengan besi di atas standar dan beton kualitas paling tinggi K-500,” tukasnya.

Belum lagi, tambah Rumenser, perancang jembatan dari ITB telah mendesain jembatan ini untuk usia 100 tahun. “Tapi setiap 10 tahun dilakukan perawatan,” katanya. “Konsultan juga setiap saat mengawasi pekerjaan kami. Bahkan, desain struktur jembatan beberapa kali diubah hanya untuk meningkatkan kualitas,” ujarnya.

 Menurut Rumenser, karena Sulut merupakan ‘daerah merah’ kegempaan di Indonesia, maka jembatan itu dirancang untuk menahan guncangan gempa yang terbesar, di atas 10 skala Richter. “Jembatan itu akan roboh jika semua bangunan di Manado sudah roboh,” tukasnya.

Dia juga memberi referensi soal struktur jembatan. Yakni, tiang utama atau phylon setinggi 68 meter itu ukurannya 4 x 4 meter dengan anyaman besi ulir berukuran 32 mm (terbesar di ukuran besi). Sementara landasan tiang jembatan berukuran 22 x 22 meter dengan tebal 4 meter, dan tiang pancang sedalam 60 meter.

Sementara lantai jembatan disokong oleh beton bertulang besi berukuran 2 x 2 meter dan lantai jembatan setebal 30 cm. “Untuk konstruksi utama kami gunakan beton berkualitas tinggi. Semua material mendapat pengawasan dari ahli dari Jakarta,” tambahnya.

No comments:

Post a Comment