Saturday, July 17, 2010

HP Disita KPK, Rumajar Sulit Berkomunikasi

TOMOHON- Penyitaan handphone (HP) oleh tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), sempat membuat Wali Kota Tomohon Jefferson Rumajar kesulitan berkomunikasi. Baik dengan sanak saudara, sahabat, hingga rekan kerja di partai maupun Pemkot Tomohon.

Hal ini diakui sendiri wali kota pertama pilihan rakyat Tomohon ini. ”Awalnya sedikit kesulitan, tapi sudah mulai terbiasa,” terang  Epe saat ditemui wartawan, Jumat (16/7) sore kemarin, di kediaman pribadi keluarga Rumajar-Montolalu di Limondok, Kelurahan Talete.

Epe mengatakan saat penyitaan KPK, dirinya disodorkan Surat Penggeledahan dan Penyitaan tertanggal 9 Juli 2010 yang ditandatangani Deputi Bidang Penindakan KPK Ade Raharja. Dalam surat tersebut dijelaskan ada 20 personil KPK yang ditugaskan untuk menggeledah dan menyita barang-barang yang diperlukan demi kepentingan penyidikan. “Kedatangan mereka saat itu cukup mendadak dan mereka langsung menunjukkan surat tugas,” sambungnya seraya menambahkan surat tugas lain untuk penyelidikan dugaan kasus korupsi APBD Tomohon 2006-2008 ditandatangani pimpinan KPK Haryono Umar tertanggal 25 Juni 2010.
  
Ia menambahkan, dalam surat tugas penggeledahan, ada 9 titik yang menjadi sasaran KPK. Yakni rumah kediaman pribadinya yang berada di Limondok Kelurahan Talete, Kaaten Kelurahan Matani 1, Tara-Tara 2, rumah Dinas (Rudis) di Walian 2, rumah Bendahara Umum Daerah Eduardo Paat di Kakaskasen, rumah Drs Yan Lamba Kepala Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (PPKAD) Tomohon di Kaaten Kelurahan Matani 3, Kabid Perbendaharaan PPKAD Tomohon Frans Sambouw di Tara-Tara 3, Sekretariat Kota Tomohon hingga kantor PPKAD Tomohon yang berada di Kolongan. “KPK sudah memeriksa 9 titik tersebut untuk mencari data-data yang diperlukan,”sambungnya.

Sementara, terlepas dari status tersangka, Epe dikenal sukses menakhodai Tomohon dalam lima tahun terakhir. Ia mendapat penghargaan dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono serta sukses mencetak sejumlah rekor MURI dan menduniakan Tomohon sebagai kota bunga. 

Bahkan, sejak awal Epe sudah terlibat aktif terhadap terbentuknya Kota Tomohon. Data koran ini, terbitnya UU 22/1999 memberi ruang gerak bagi pemekaran wilayah serta pembentukan daerah baru. Inilah yang menjadi cikal bakal pembentukan kota Tomohon.

Pada 12 Januari 2000, terbentuk Panitia Khusus (Pansus) DPRD Minahasa untuk Membahas Pembentukan Kota Tomohon melalui SK DPRD Minahasa No. 01 Tahun 2000. Adapun, tugas Pansus waktu itu melaksanakan kajian untuk pemekaran dan rekomendasi DPRD Minahasa terhadap Tomohon.
Saat itu, terpilihlah Ketua Pansus Jefferson Rumajar, SE dan Sekretaris Dra Vonny Paat. Hingga akhirnya pada 27 Januari 2003, waktu yang dinanti nantikan pun tiba.

DPR-RI melalui Rapat Paripurna yang dipimpin Wakil Ketua DPR-RI Sutardjo Suryoguritno menetapkan Tomohon sebagai Daerah Otonom baru. Hingga akhirnya Tomohon ditetapkan melalui UU No 10/2003 Tentang Pembentukan Minahasa Selatan dan Kota Tomohon. Lewat UU ini, Kota Tomohon resmi secara De Jure. UU ini kemudian disahkan Presiden RI Megawati Soekarnoputri 25 Februari 2003.

Praktis, kemerdekaan yang diberikan pusat mengantarkan duet Jefferson Rumajar dan Syennie Watulangkow memenangkan pertarungan dalam Pemilihan Wali Kota (Pilwako) 2005. Tapi, kemesraan duet ini tidak bertahan lama. Baik Epe maupun LSW mulai jalan sendiri-sendiri terkait kebijakan untuk membangun kota Tomohon. Tapi, di sinilah letak ujian bagi seorang Epe pria berusia 44 tahun ini, untuk membawa Tomohon ke pentas dunia.

Suami tercinta Jeanny Prestini Montolalu, SE  ini terus membangun Tomohon, meskipun dalam berbagai kesempatan, dirinya mengaku seorang single fighter. Tercatat begitu banyak penghargaan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang didapatkannya terkait keberhasilan pembangunan Tomohon. Sebut saja Manggala Karya Kencana, Tertib Administrasi Kependudukan Melalui Penertiban SIAK di 2007 dan Penghargaan Satya Lencana Pembangunan Koperasi pada 2008 serta Pembangunan sebagai Kota Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pun Penghargaan Lencana Melati di Bidang Pramuka di 2009.

Suatu pencapaian fantastis, yang  belum tentu  dicapai seorang kepada daerah lainnya. Tak hanya itu, Epe juga sukses dalam berbagai program kemasyarakatan. Di antaranya, infrastruktur jalan yang sudah dihotmix hampir di 44 kelurahan, tersedianya fasilitas Puskesmas Rawat Inap standar pelayanan seperti Rumah Sakit (RS), angka Melek Huruf 15-45 tahun capai seratus persen, kota dengan status gizi terbaik dan tentunya Iven Tomohon Flower Festival 2008, dan Tomohon International Flower Festival 2010 yang membuat predikat Tomohon sebagai kota bunga membahana hingga dunia internasional.

Pun, dengan Lima  rekor Museum Rekor Indonesia (MURI), yakni Rekor MURI Jumlah Penari Terbanyak 6.000 Orang (2007), Karpet Bunga Terbesar 80x50 m (2008), Untaian Bunga Terpanjang (2008) yang diperoleh lewat TFF 2008. Juga, Iven Citynet November 2009 menghasilkan rekor MURI untuk Jumlah Peserta Penanaman Pohon Terbanyak 10.000 orang dan untuk Kendaraan Hias Terbesar (float). Praktis, prestasi ini membuat Tomohon masuk dalam jajaran pengoleksi rekor MURI yang paling banyak dibanding Kabupaten/Kota di Sulut.

Tak hanya itu, untuk urusan diplomasi dalam dan luar negeri, ayahanda dari Sendy Gladys Adolvina Rumajar, Ashley Rendy Andrew Rumajar, dan Joshua Warouw Rumajar ini dikenal piawai, Betapa tidak, Calon Wali Kota partai Golkar Tomohon menjabat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Pemerintahan Kota Se- Indonesia, Ketua PKB Sinode GMIM, Ketua PBSI Sulut. Sedangkan untuk luar negeri, lelaki berwibawa ini masuk dalam jajaran pengurus Citynet yang merupakan jaringan kota-kota di Asia Pasifik. Tentunya, yang masih hangat di ingatan, saat Epe melobi sejumlah negera sahabat seperti Malaysia, Rusia, Korut, Vietnam, hingga India untuk mengikuti Tournament of Flower (ToF) 23 Juli 2010.

Alhasil, iven Tomohon Flower Festival (TFF) berubah nama menjadi Tomohon International Flower Festival (TIFF) karena sudah diikuti peserta dari luar negeri. Dalam berbgai kesempatan, Epe selalu mengungkapkan pergumulan yang dilaluinya sangat terasa. Apalagi, dirinya yang sudah memakai fasilitas negara dituntut untuk mempersembahkan yang terbaik bagi masyarakat Tomohon. "Setiap malam saya sering bertanya-tanya apakah sudah melakukan yang terbaik untuk kota Tomohon atau tidak," terang Epe sewaktu belum mencalonkan kembali menjadi Wali Kota untuk kedua kalinya.

Menurutnya, jika masyarakat tidak merasakan denyut pembangunan kota Tomohon, akan sangat naïf ia masih ingin maju sebagai wali kota periode 2010-2015. "Kalau memang saya gagal dari kepemimpinan sebelumnya, saya harus secara gentleman mengundurkan diri dari pencalonan," sambungnya.
Namun, ketegaran seorang Epe kembali diuji seiring ditetapkannya sebagai tersangka  penyalahgunaan APBD Tomohon 2006-2008. ”Saya tidak pernah berpikir untuk mundur dari pencalonan dan siap bertarung habis-habisan,” tegas Epe di hadapan massa yang menyemut di Kelurahan Tinoor saat pelantikan tim kampanye Jefferson Rumajar dan Jimmy Eman Rabu (14/7)

Edison Paulus Rumajar, sang ayah kandung terus mendukung putranya dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Pria tua ini mengatakan kedatangan KPK untuk memeriksa anaknya adalah hal yang biasa bagi mereka. Pasalnya, kejadian ini sudah berulang-ulang kali terjadi seperti 2009 silam. “Apa yang dialami anak saya kental dengan muatan politik. Lawan politik sudah tidak mempunyai cara lain untuk mengalahkan Jefferson Rumajar dan Jimmy Eman,” aku pria ini seraya menambahkan hal ini merupakan bagian dari kampanye hitam lawan politik jelang masa kampanye.

Namun, bagi Eddi sapaan akrabnya, berkeyakinan kebenaran akan segera terungkap. Olehnya, ujar Eddi, biarlah masalah ini berproses sampai ditemukan titik terang kasus dugaan korupsi ini. “Biarlah dia berproses dan nanti waktu yang akan menjawab siapa yang benar,” pungkasnya.

PULANG KE JAKARTA
Pantauan koran ini, Brimob Polda Sulut sudah tidak berada di 9 titik target pemeriksaan KPK. Artinya, KPK sendiri sudah tidak lagi berada di tempat tersebut. Menanggapi hal itu, Epe menukas,  ”Informasi terakhir mereka sudah berada di bandara,”.

Kantor sekretariat kota Tomohon sudah steril dari tim KPK. Para PNS sudah bekerja tanpa ketakutan. “Waktu ada KPK kita sempat gugup kerja. Tapi, syukurlah sudah tidak ada,” aku Line, salah satu staf di sekretariat, kemarin.

Selain itu, kantor sekretariat dan kantor Dinas Pendapatan, Pengelola Keuangan, dan Aset Daerah sudah tidak mendapat pengawalan Brimob Polda Sulut yang sempat menerjunkan 27 personil, Rabu (14/7). Juga, ruangan wali kota, sekretaris kota, bendahara umum daerah, bendahara sekretariat hingga Dinas Pendapatan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah yang sempat disegel dan terisolir sudah dibuka kembali. “Lima ruangan di atas sempat ditutup untuk kepentingan penyidikan KPK. Tapi sudah mulai berfungsi kembali,”  terang Sekretaris Kota Tomohon Fentje Goni SH seraya memintakan seluruh jajaran SKPD harus kooperatif jika dimintakan keterangan dari aparat penegak hukum.

sumber: http://www.manadopost.co.id/index.php?mib=berita.detail&id=70286

No comments:

Post a Comment